Selasa, 08 Oktober 2013

tugas 2 (sistem informasi psikologi)


Tugas 2
Arsitektur Komputer & Struktur Kognitif Manusia
1.      Pengertian Arsitektur Komputer
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Arsitektur Komputer adalah konsep perencanaan dan struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer. Arsitektur komputer ini merupakan rencana cetak-biru dan deskripsi fungsional dari kebutuhan bagian perangkat keras yang didesain (kecepatan proses dan sistem interkoneksinya).
Arsitektur komputer juga dapat didefinisikan dan dikategorikan sebagai ilmu dan sekaligus seni mengenai cara interkoneksi komponen-komponen perangkat keras untuk dapat menciptakan sebuah komputer yang memenuhi kebutuhan fungsional, kinerja, dan target biayanya.

2.      Struktur Kognisi Manusia
Struktur kognisi (dalam Abdulkarim, 2006) yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat dijadikan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian alam. Sedangkan kognisi manusia adalah unsur yang saling berhubungan antara satu sama lain yang saling mengakomodir atau saling melengkapi antara fungsi-fungsi, skema. Seperti bagian otak yang mengakomodir unsure bagian-bagian tubuh yang menjadikan suatu sistem yang kompleks.

3.      Kaitan antara Struktur Manusia dan Arsitektur Komputer
Hubungan yang terjadi antara struktur kognisi manusia dengan arsitektur komputer tentunya sangat kompleks. Karena membuat arsitektur komputer itu sendiri tentunya dengan usaha dari kognisi manusia. Bagaimana manusia berfikir, menganalisa, memproses dalam pembuatan arsitektur komputer tentunya tidak luput dari upaya yang dilakukan oleh manusia. Begitu pula sebaliknya, struktur kognisi manusia pun terkadang membutuhkan bantuan arsitektur komputer dalam membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Jadi antara struktur kognisi manusia dengan arsitektur komputer cukup erat kaitannya karena saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.

4.      Kelebihan dan kelemahan Arsitektur Komputer dibandingkan Struktur Kognisi Manusia

Kelebihan dan kekurangan dari arsitektur komputer, yaitu :
Kelebihan:
  1. Memiliki processor yang berjumlah lebih dari satu
  2. Bisa digunakan oleh banyak pengguna (multi user)
  3. Dapat membuka beberapa aplikasi dalam waktu bersamaan
  4. Kecepatan kerja processornya hingga 1GOPS (Giga Operations Per Second)
Kekurangan:
  1. Karena ukurannya yang besar, maka diperlukan ruangan yang besar untuk menyimpannya
  2.  Harganya sangat mahal
  3. Interface dengan pengguna masih menggunakan teks
  4. Membutuhkan daya listrik yang sangat besar
Kelebihan dan kekurangan dari struktur kognisi, yaitu :
Kelebihan :
  1. Struktur kognisi lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas
  2. Banyak memberi motivasi agar terjadi proses belajar
  3. Mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal
Kekurangan :
  1. Membutuhkan waktu yang cukup lama
  2. Terkadang sulit mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari, karena tergantung individu masing-masing dalam mengoptimalkan cara berpikir mereka

5.      Contoh kasus

Kasus
Di zaman yang berkembang pesat seperti saat ini sudah banyak bermunculan berbagai teknologi yang sangat canggih, dari mulai otomotif seperti mobil yang mempunyai sistem navigasi sampai pada telepon genggam yang berbasis android yang saat ini sedang booming. Tentu hal tersebut sangat membantu serta memudahkan masyarakat yang zaman sekarang terbilang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan segala aktivitasnya. Namun jika diperhatikan, justru banyak masyarakat yang menjadi “malas” karena majunya teknologi saat ini. Interaksi sosial pun menjadi rendah, tidak saling bersosialisasi, apalagi menjadi malas untuk berfikir karena kecanggihan dari teknologi yang ada.

Analisis Kasus
Menurut saya, kemajuan teknologi saat ini memang sangat banyak membantu, terbukti dengan nilai konsumsi masyarakat yang tiada hentinya dalam menggunakan teknologi yang berkembang pesat. Namun disisi lain mulai terlihat perubahan yang dominan, yang membuat masyarakat seolah-olah adiktif dengan kecanggihan teknologi saat ini. Seperti misalnya kecanggihan Google saat ini yang mampu menelusuri berbagai hal didunia ini dengan sangat mudah untuk diakses. Dengan begitu pun manusia jadi jarang untuk berfikir dan mengolah pola kognisinya karena terlalu mudah dan nyaman menggunakan teknologi tersebut. Dan menurut saya, ada baiknya bila manusia itu sendiri bisa menyeimbangkan antara penggunaan teknologi dengan daya berfikirnya, agar tidak mudah menjadi orang yang selalu bergantung.

Sumber            :

http://id.wikipedia.org/wiki/Informasi diakses tanggal 6 Oktober 2013.

Abdulkarim, Aim. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Grafindo Media Pratama.

http://ririnyp.wordpress.com/2013/09/27/arsitektur-komputer-dan-struktur-kognisi-manusia-2/

Tugas 1 (Sistem Informasi Psikologi)



Tugas 1
Sistem Informasi Psikologi
1.      Pengertian Informasi
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang. Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi suatu negara dari sistem dinamis.
Sedangkan menurut Gaol (2008), Informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.

2.      Bagaimana pengertian informasi sehingga dapat berinteraksi dengan sistem
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pengertian informasi dapat disimpulkan sebagai pesan atau data yang mempunyai makna untuk dapat digunakan oleh manusia. Dapat dikaitkan dengan sebuah sistem, yang memiliki pengertian menurut Wikipedia Bahasa Indonesia yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Dapat pula disimpulkan secara umum bahwa kaitan antara informasi dengan sistem yaitu dapat saling berinteraksi dengan masuknya sebuah informasi kedalam pikiran lalu dihubungkan agar bisa memudahkan proses informasi yang didapat secara lebih mudah dalam mencapai suatu tujuan.

3.      Pengertian Sistem Informasi Psikologi
Menurut McLeod (2008), mendefinisikan Sistem Informasi adalah suatu sistem virtual yang memungkinkan manajemen mengendalikan operasi sistem fisik perusahaan.
Sedangkan menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “Psyche” yang berarti jiwa dan "logia” yang artinya ilmu, sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa (dalam Wikipedia Bahasa Indonesia).
Psikologi adalah sebuah displin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal (dalam Wade dan Travis, 2008).
Apabila menjadi satu kesatuan berarti sistem informasi psikologi adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi tersebut untuk mendukung serta mengkombinasikan antara teknologi dengan proses mental yang berfokus pada perilaku.

4.      Bagaimana penggunaan sistem informasi dalam psikologi
Pada saat ini banyak ilmu yang mengaplikasikan ilmu tersebut dengan ilmu yang lainnya. Misalnya saja ilmu psikologi digabungkan dengan ilmu sosiologi/sosial menjadi psikologi sosial. Begitu juga dengan sistem informasi yang mengaplikasikan ilmunya dengan psikologi, menjadi sistem informasi psikologi.
Di dalam ilmu psikologi saat ini, salah satu yang menerapkan gabungan antara sistem informasi dengan psikologi yaitu dalam bidang perusahaan, khususnya dibidang HRD yang menggunakan sistem informasi untuk menjalankan aktivitasnya dalam menganalisa kinerja karyawan, dan juga dalam bidang psikologi yang saat ini menskoring alat tes sudah menggunakan sistem informasi agar lebih mudah..

5.      Contoh kasus
Kasus

Banyak sekali penggunaan sistem informasi terhadap psikologi. Salah satunya pada alat tes, bahkan tes-tes psikologi sebagian besar sudah menggunakan komputerisasi untuk penghitungan hasil akhir bahkan dalam pengisian testnya.
Ada banyak pula orang-orang yang pernah mengikuti beberapa test psikologi sederhana melalui sebuah situs sosial media, dimana disana kita diminta untuk mengisi beberapa soal dengan pilihan ganda sebagai jawabannya. Setelah diikuti lebih lanjut, dapat diketahui soal-soal tersebut merupakan salah satu dari test psikologi yang disederhanakan dan dibuat lebih mudah dipahami. Dengan mengisi pilihan ganda yang tersedia dan menjadikan jawaban paling dominan sebagai tolak ukur hasil test, keluarlah hasil test tersebut. Tidak terlalu valid dan reabilitas mungkin, tetapi ini merupakan salah satu contoh bahwa test psikologi tidak sekolot yang banyak orang bayangkan dan test psikologi mengikuti perkembangan zaman dengan turut menggunakan system informasi atau komputerisasi untuk mempermudah penggunaan alat testnya.

Analisis Kasus
Dari kasus yang telah dijabarkan diatas, dapat saya simpulkan bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi yang sangat canggih dan memudahkan banyak orang untuk mengakses berbagai situs ataupun website yang diinginkan, justru cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Dan itu merupakan salah satu contoh kasus yang sangat tidak baik, karena mengingat dalam dunia psikologi, untuk mendapatkan alat tes psikologi butuh perjuangan yang sangat panjang dan untuk membeli alat tes tersebut pun sangat mahal harganya, justru disini dimanfaatkan dengan tidak memikirkan hal-hal ataupun kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya. Apalagi secara umum hasil-hasil dari tes psikologi “palsu” di media sosial tersebut tidak valid dan pastinya orang-orang di media sosial yang menggunakan aplikasi tes psikologi tesebut akan lebih mudah terpengaruh dan mempersepsikan bahwa dirinya seperti apa yang dikatakan pada hasil tes psikologi tersebut. Padahal bagi seorang psikolog, untuk memberitahu bahwa klien memiliki masalah XXX misalnya, harus melewati berbagai tes dan asesmen ataupun wawancara, sedangkan disini tes psikologi hanya dengan memilih pilihan ganda dan langsung terlihat hasil akhirnya. Dan menurut saya itu tidak baik dan tidak valid, karena akan membuat persepsi yang salah pada orang-orang yang menggunakan tes psikologi di media sosial tersebut.



Sumber            :

http://id.wikipedia.org/wiki/Informasi diakses tanggal 6 Oktober 2013.

Chr. Jimmy L.Gaol. 2008. Sistem informasi manajemen. Grasindo. Jakarta.

Wade, C., & Tavris, C. (2008). Psikologi edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga

Raymond McLeod J.R dan George P Shcell. 2008. Sistem informasi manajemen. Edisi 10. Salemba empat. Jakarta.

Kamis, 14 Maret 2013

PSIKOTERAPI


1.      Pengertian Psikoterapi

Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan mempergunakan pengaruh (kekuatan batin) dokter atas jiwa (rohani) penderita, dengan cara tidak mempergunakan obat-obatan, tetapi dengan metode sugesti, nasihat, hiburan, hipnosis, dsb.

Menurut Watson dan Morse (dalam Gunarsa, 2004) psikoterapi dirumuskan sebagai: bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya. Perumusan lain diberikan oleh Corsini yang mengatakan bahwa psikoterapi sulit dirumuskan secara tepat. Corsini merumuskan psikoterapi sebagai berikut: Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berpikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidak tepatan perilaku)














2.      Tujuan Psikoterapi
Tujuan psikoterapi antara lain:
1.      Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
  1. Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
  2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
  3. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
  4. Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.
  5. Mengembangkan potensi klien.
  6. Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.
  7. Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).
  8. Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
  9. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
  10. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
  11. Membantu penyembuhan penyakit fisik.
  12. Meningkatkan kesadaran diri.
  13. Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
  14. Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.

Beberapa tujuan dari para ahli mengenai Psikoterapi (dalam Gunarsa, 2004) adalah :

1.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey, et al adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.

2.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey dirumuskan sebagai: membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.

3.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian terpusat pada pribadi, menurut Ivey et al adalah untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.

4.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey et al sebagai berikut: untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus ditentukan oleh klien.



3.      Unsur Psikoterapi

Menurut Masserman (dalam Maulany, 1997) telah melaporkan delapan “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1.      Peran sosial (“martabat”) psikoterapis
2.      Hubungan (persekutuan terapeutik)
3.      Hak
4.      Retrospeksi
5.      Re-edukasi
6.      Rehabilitasi
7.      Resosialisasi
8.      Rekapitulasi


4.      Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling

Berikut adalah beberapa perbedaan antara konseling dan psikoterapi (dalam Mashudi, 2012) :

1.      Konseling pada umumnya menangani orang normal, sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang mengalami gangguan psikologis.
2.      Konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek. Sedangkan psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
3.      Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret. Sedangkan psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah serta berkembang terus.


5.      Pendekatan Psikoterapi terhadap Mental Illness

1.      Pendekatan Psikoanalisa
Banyak menekankan faktor ketidaksadaran dan berlandaskan pada pengaruh aspek biologis manusia. Tokoh : Sigmund Freud, Jung, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Horney, Erikson.
2.      Behavioristik
Menurut Ellis (Subandi dalam Tooyibi, M & Ngemron, M) , pendekatan yang cukup dekat dengan behavioristik adalah pendekatan kognitif, yang menekankan proses berpikir rasional dalam terapi. Pendekatan ini memandang manusia dari sudut perilaku yang tampak, yang bisa diobservasi dan dan dikuantifikasi. Tokohnya : Sigmund Freud, Figur-figur lain: Jung, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Horney, Erikson.
3.      Humanistik
Pendekatan ini sangat mementingkan nilai-nilai kemanusiaan pada diri seseorang. Tokoh : May, Maslow, Frankl, Jourard.
4.      Client-Centered
Berlandaskan pada pandangan subjektif atas pengalaman manusia, terapi clien-entered menaruh kepercayaan dan meminta tanggung jawab yang lain besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan. Tokoh : Carl Rogers.
5.      Psikologi Transpersonal
Pendekatan terapi yang menekankan aspek spiritual dalam diri manusia.
6.      Gestalt
Sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang menekankan kesadaran dan integrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi analitik, serta mengintegrasikan fungsi jiwa dan badan. Tokoh : Fritz Perls.
7.      Transaksional
Model terapi kontemporer yang cndrung kea rah aspek-aspek kognitif dan behavioral, dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang. Tokoh : Eric Berne.
8.      Rasional Emotif Terapi
Model terapi yang sangat menekankan peranan pemikiran dan sistem-sistem kepercayaan sebagai akar masalah-masalah pribadi. Tokoh : Albert Ellis.
9.      Realitas
Model terapi yang dikembangkan sebagai reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek yang fokus pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi, dan pada dasarnya merupakan jalan di mana para klien bias belajar mencapai keberhasilan. Tokoh : William Glasser.



6.      Bentuk Utama Terapi

1.      Terapi Psikoanalisis
Adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena focus utama dalam proses terapi ini adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.
Beberapa alasan mengapa tujuan utama dari terapi ini adalah penyadaran individu, yakni :
a.       Bila individu menyadari konflik intrapsikisnya atau permasalahan yang ada dalam dirinya, maka individu tidak perlu lagi banyak mengeluarkan energi psikisnya melakukan defence mechanism.
b.      Penyadaran memungkinkan untuk membentuk kembali struktur kepribadian yang selama ini terpisah, maksudnya adalah adanya konfilk antara id, ego, superego yang selama ini tidak berjalan dengan baik. Proses penyadaran dalam terapi ini mengajak individu untuk mengenali kembali dan menerima bagian-bagian diri yang selama ini ditolak, diserang, dan diproyeksikan terhadap orang lain. Setelah itu semua disadari, kemungkinan secara bertahap bagian-bagian dari kepribadian individu akan kembali kokoh.
c.       Penyadaran juga memulihkan kembali hubungan antara dunia internal dan realita eksternal, sehingga individu dapat memandang dunia secara nyata.

2.      Terapi Rasional Emotif
Menurut Ellis (dalam Gunarsa, 2004) mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang.

3.      Terapi Client-Centered
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific. Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.

4.      Humanistik-Eksistensial
Terapi-terapi psikodinamik cenderung memusatkan perhatian pada proses-proses tak sadar, seperti konflik-konflik internal yang terletak diluar kesadaran. Sebaliknya, terapi-terapi humanistik-eksistensial juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang –“disini dan kini”- dan bukan pada masa lampau. Tetapi ada juga kesamaan-kesamaan antara terapi-terapi psikodinamik dan terapi-terapi humanistik-eksistensial, yakni kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien.

Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual yaitu :

a. Kelompok eksplorasi interpersonal

Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.

b. Kelompok Bimbingan-Inspirasi

Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena mereka”mempunyai problem yang sama”

c. Terapi Berorientasi Psikoanalitik

Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik yang  disadari  pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok. Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang dianut (tomg, 2004)



DAFTAR PUSTAKA


bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php


Gunarsa, D.S. (2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Mashudi, F. (2012). Psikologi Konseling. Jogjakarta: IRCiSoD.
Maulany, R.F. (1997). Buku Saku Psikiatri: Residen Bagian Psikiatri UCLA. Jakarta. Penerbit Buku kedokteran EGC.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Jogjakarta. Kanisius.
.